Mekanisme Interaksional
Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk
tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan
bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi
sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal
sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama
dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara
ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi
sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan.
Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap
kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving
forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk
berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan
melemahkan resistences to change.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola
perubahan, yaitu :
- Unfreezing, merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah.
- Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences.
- Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium).
Apabila berkaca pada perspektif materialis yang
menyatakan bahwa perubahan merupakan akibat dari konflik, mekanisme
interaksional justru berusaha menjelaskan bagaimana konflik dapat menyebabkan
perubahan sosial. Adanya pengaruh dari luar kelompok baik berupa budaya
material maupun non material menyebabkan terjadinya mekanisme “pertentangan” di
dalam kelompok. Di satu pihak akan terdapat individu-individu yang menerima dan
disatu pihak lainnya terdapat individu yang menentang proses perubahan
tersebut.
Pada dasarnya perilaku manusia lebih
banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi
daripada melihat kepribadian individu yang melakukannya. Sifat struktural
seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya
dengan perubahan dibandingkan kombinasi kepribadian tertentu di dalam
organisasi.
Hans-Dieter Evers mencetuskan
diskusi tentang kelompok-kelompok strategis. Kelompok strategis terdiri dari
individu-individu yang terikat oleh suatu kepentingan, yakni melindungi atau
memperluas hasil yang diambil alih bersama. Hasil apropriasi ini tidak hanya
berbentuk harta benda melainkan juga kekuasaan, prestise, ilmu pengetahuan dan
juga keagamaan. Kelompok strategis secara khas akan mengikuti dua strategi,
yaitu :
1. Hibridisasi,
suatu perluasan hasil pengambil alihan ke daerah-daerah baru dengan
memanfaatkan sumber pendapatan baru.
2. Koalisi dengan
cara kerjasama antar kelompok strategis.
Sumber-Sumber Struktural
Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan
diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik
keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya teori ini melihat
adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus
untuk mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini
adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat
berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.
Di dalam kelompok sendiri pada
dasarnya telah terbangun sebuah kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma. Perubahan
mungkin saja tidak terjadi apabila terdapat penolakan-penolakan dari dalam
kelompok. Proses perubahan membawa kelompok pada keseimbangan baru. Perubahan
terjadi apabila driving forces lebih kuat dibandingkan resistences.
Pada tahap ini seringkali terjadi konflik dan “polarisasi” di dalam kelompok.
Kelompok mayoritas akan berusaha menekan kelompok minoritas. Seringkali
kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam kelompok didasarkan pada relasi
antara individu dan standar perilaku di dalam kelompok. Beberapa individu
mungkin memiliki perilaku yang berbeda dengan standar perilaku di dalam
kelompok. Apabila individu tetap mempertahankan perbedaan tersebut maka
individu akan dikucilkan oleh kelompok dan bahkan akan “dikeluarkan” dari
kelompok. Oleh karenanya seringkali individu harus berusaha untuk melakukan
usaha konformis untuk menyesuaikan dengan standar kelompoknya.
Konflik tidak selamanya memberikan
dampak yang jelek pada kelompok. Di dalam kelompok yang sehat justru konflik
dianjurkan, hal ini sering dikenal dengan istilah kontroversi. Berbagai studi
dalam bidang ilmu perilaku oranisasi yang menunjukkan bahwa adu argumentasi,
ketidaksetujuan, debat, ide-ide atau informasi yang bermacam-macam ternyata
sangat penting dalam meningkatkan kreatifitas dan kualitas kelompok. Keuntungan
yang diperoleh dengan adanya konflik antara lain adalah anggota kelompok akan
lebih terstimulasi atau terangsang untuk berpikir atau berbuat sehingga
mengakibatkan kelompok menjadi lebih dinamis dan berkembang karena setiap orang
mempunyai kesempatan untuk menuangkan ide-ide atau buah pikirannya secara lebih
terbuka. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam artian produktif
konstruktif, konflik harus dikendalikan secara positif.
Perbandingan Perspektif
Perspektif materialistis bertumpu
pada pemikiran Marx yang menyatakan bahwa kekuatan produksi berperan penting
dalam membentuk masyarakat dan perubahan sosial. Marx memberikan penjelasan bahwa
pada masa teknologi masih terbatas pada kincir angin memberikan bentuk tatanan
masyarakat yang feodal, sedangkan ketika mesin uap telah ditemukan tatanan
masyarakat menjadi bercirikan industrial kapitalis. Perspektif ini melihat
bahwa bentuk pembagian kelas-kelas ekonomi merupakan dasar anatomi suatu
masyarakat.
Perspektif
materialis telah mengulas peran teknologi dalam perubahan sosial. Kubu
perspektif materialis memandang bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya
faktor material yang menyebabkannya. Faktor material tersebut diantaranya
adalah faktor ekonomi dan teknologi yang berhubungan dengan ekonomi produksi.
Pada dasarnya, perspektif ini menyatakan bahwa teknologi baru atau moda
produksi baru menghasilkan perubahan pada interaksi sosial, organisasi sosial
dan pada akhirnya menghasilkan nilai budaya, kepercayaan dan norma.
Peran penemuan teknologi baru di
dalam perubahan sosial sangat besar, karena dengan adanya penemuan teknologi
baru menyebabkan perubahan moda produksi dalam masyarakat. Masuknya teknologi
telah dapat meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya menghasilkan
kesempatan kerja pada industri-industri baru yang bermunculan di kota besar.
Perubahan lain yang sangat mendasar adalah munculnya kelas ekonomi baru yaitu
kaum pemilik modal (pengusaha) dan buruh
Berbeda dengan kubu materialis yang
memandang bahwa faktor budaya material yang menyebabkan perubahan sosial,
perspektif idealis melihat bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor non
material. Faktor non material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide
merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap
sesuatu yang pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi berarti serangkaian
kepercayaan dan nilai yang digunakan untuk membenarkan atau melegitimasi bentuk
tindakan masyarakat.
Salah satu pemikir dalam kubu idealis adalah Weber.
Weber memiliki pendapat yang berbeda dengan Marx. Perkembangan industrial
kapitalis tidak dapat dipahami hanya dengan membahas faktor penyebab yang
bersifat material dan teknik. Namun demikian Weber juga tidak menyangkal
pengaruh kedua faktor tersebut. Pemikiran Weber yang dapat berpengaruh pada
teori perubahan sosial adalah dari bentuk rasionalisme yang dimiliki.
Perspektif
|
Penjelasan tentang Perubahan
|
Materialis
|
Perubahan
merupakan akibat dari faktor material terutama teknologi. Penemuan teknologi
baru menyebabkan perubahan moda produksi yang berakibat pada perubahan pada
interaksi sosial, organisasi sosial dan pada akhirnya menghasilkan nilai
budaya, norma dan kepercayaan baru. Teknologi dapat menyebabkan perubahan
sosial melalui tiga cara yang berbeda, yaitu :
1. Teknologi baru mampu meningkatkan
berbagai kemungkinan-kemungkinan dalam masyarakat. Suatu hal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa lalu akan menjadi mungkin dengan bantuan
teknologi.
2. Teknologi baru merubah pola interaksi
dalam masyarakat.
3. Teknologi baru menyebabkan terjadinya
berbagai permasalahan hidup baru bagi masyarakat.
|
Idealis
|
Perubahan
merupakan akibat dari faktor non material. Termasuk dalam faktor non material
adalah nilai dan ideologi. Ideologi mampu menyebabkan perubahan paling tidak
melalui tiga cara yang berbeda, yaitu :
1. Ideologi dapat melegitimasi keinginan
untuk melakukan perubahan.
2. Ideologi mampu menjadi dasar solidaritas
sosial yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan.
3. Ideologi dapat menyebabkan perubahan
melalui menyoroti perbedaan dan permasalahan yang ada pada masyarakat.
|
Mekanisme
Interaksional
|
Perubahan
terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau
organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces)
akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah.
Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan
melemahkan resistences to change.
|
Sumber
Struktural
|
Perubahan
terjadi apabila driving forces lebih kuat dibandingkan resistences.
Pada tahap ini seringkali terjadi konflik dan “polarisasi” di dalam kelompok.
Kelompok mayoritas akan berusaha menekan kelompok minoritas. Seringkali kebiasaan-kebiasaan
yang terjadi di dalam kelompok didasarkan pada relasi antara individu dan
standar perilaku di dalam kelompok. Beberapa individu mungkin memiliki
perilaku yang berbeda dengan standar perilaku di dalam kelompok. Apabila
individu tetap mempertahankan perbedaan tersebut maka individu akan
dikucilkan oleh kelompok dan bahkan akan “dikeluarkan” dari kelompok. Oleh
karenanya seringkali individu harus berusaha untuk melakukan usaha konformis
untuk menyesuaikan dengan standar kelompoknya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar